Trend Arrow – Pelajaran Final Liga Europa: Stadion San Mames menjadi saksi kemenangan bersejarah Tottenham Hotspur atas Manchester United di final Liga Europa 2024/2025. Laga berlangsung pada Kamis (22/5) dini hari WIB dan berakhir dengan skor 1-0. Gol tunggal Brennan Johnson di akhir babak pertama mengantar Spurs meraih gelar Eropa yang telah lama mereka dambakan.
“Baca Juga: Ruben Amorim Siap Tinggalkan MU dengan Satu Syarat“
1. Tottenham Menang Berkat Disiplin Bertahan
Tottenham membuktikan bahwa bertahan secara disiplin bisa mengantar tim meraih gelar besar. Sepanjang laga, Tottenham hanya menguasai bola sebesar 27 persen. Mereka lebih sering menunggu dan membiarkan MU mengontrol tempo permainan.
Meski hanya melepaskan satu tembakan tepat sasaran, strategi Tottenham terbukti efektif. Mereka meredam tekanan dari MU dan membuat serangan Setan Merah terlihat tumpul. Para pemain bertahan tampil solid, menunjukkan bahwa bertahan juga merupakan seni yang rumit namun efektif.
2. Romero dan Van de Ven Jadi Pilar Utama
Cristian Romero dan Micky van de Ven tampil luar biasa di lini belakang Tottenham. Keduanya menjaga pertahanan tetap rapat dan tenang sepanjang pertandingan. Romero dominan saat duel udara dan mengantisipasi bola mati dengan sangat baik. Ia memastikan Maguire tidak bisa leluasa menyerang seperti saat menghadapi lawan sebelumnya.
Van de Ven juga tampil tenang. Ia melakukan blok penting terhadap peluang emas Casemiro. Kombinasi keduanya memberi rasa aman pada lini belakang Spurs dan layak mendapat pujian tertinggi dalam laga ini.
3. Kekalahan Ini Jadi Awal Musim Bencana MU
Bagi Manchester United, kekalahan ini bukan sekadar kegagalan di final. Ini menandai kegagalan total dalam satu musim. MU tidak meraih satu pun gelar dan gagal lolos ke Liga Champions musim depan. Bahkan, mereka terancam absen dari seluruh kompetisi Eropa.
Dampak finansial dari kegagalan ini cukup serius. Pakar ekonomi olahraga, Kieran Maguire, menyebut MU bisa kehilangan lebih dari £100 juta. Pendapatan dari tiket, hak siar, dan bonus sponsor akan hilang. MU juga bisa terkena penalti dari sponsor karena tidak bermain di Eropa. Kondisi ini akan memengaruhi daya tarik mereka dalam merekrut pemain baru.
4. Son Heung-min Akhiri Penantian 17 Tahun
Gelar Liga Europa sangat berarti bagi Tottenham dan sang kapten, Son Heung-min. Spurs terakhir kali juara pada musim 2007/2008 lewat Piala Liga. Itu berarti mereka menunggu 17 tahun untuk mengangkat trofi kembali.
Bagi Son, ini adalah gelar besar pertamanya di level klub. Ia melakukan sesuatu yang gagal dilakukan Harry Kane maupun Gareth Bale. Son kini tercatat dalam sejarah Tottenham sebagai kapten yang mempersembahkan gelar Eropa. Tangis bahagianya di akhir laga menunjukkan betapa berharganya momen ini.
5. Postecoglou Cetak Sejarah Bersama Tottenham
Ange Postecoglou kembali mencetak sejarah dalam karier kepelatihannya. Pelatih asal Australia ini dikenal selalu mempersembahkan gelar pada musim keduanya. Ia pernah melakukannya di South Melbourne, Brisbane Roar, Yokohama Marinos, dan Celtic.
Kini, ia mengulang prestasi itu di Tottenham. Setelah Juande Ramos, Postecoglou jadi pelatih pertama yang membawa Spurs juara. Ia sukses melakukan hal yang gagal dicapai Mourinho, Conte, dan Pochettino.
“Baca Juga: Istilah Penting dalam Bola Voli yang Wajib Diketahui“
Legenda klub, Gareth Bale, menyebut Postecoglou sebagai manajer legendaris. Ia kini tercatat sebagai pelatih yang mempersembahkan trofi Eropa untuk Tottenham. Kemenangan ini memperkuat posisinya di hati fans Spurs.